Langsung ke konten utama

Belitung Kece, Mampir Yuk!


Setelah sekian lama ga nulis review akhirnya bisa berkesempatan lagi buat sharing tulisan. Well, ga panjang basa-basi lagi, kali ini gue mau sharing trip gue selama 5 hari di tempat yang terkenal dengan julukan “Negeri Laskar Pelangi”, apalagi kalau bukan Belitung atau ditulis Belitong dalam pengejaan warga lokalnya. Belitung adalah sebuah pulau di Provinsi Kep. Bangka Belitung. Secara administratif Pulau Belitung ada 2 Kabupaten, yakni Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur. 

Kalo bisa dibilang sih, Pulau Belitung ini masih belum sumpek, kenapa? Karena emang kepadatan di pulau ini tuh Cuma sekitar 68 jiwa/km2, jelas beda jauh banget sama kota gue di Bandung yang padetnya bukan main. Karena sedikitnya penduduk di Belitung, jarak dari satu rumah ke rumah lain itu renggang banget, kendaraan masih dikit, so, jauh banget dari kata macet, dan yang paling utama bersih dari polusi udara. Suasana di Belitung ini pas banget buat yang mau nikmatin hari-hari tuanya dengan tenang dan tentram, jauh dari permasalahan kota. Diantara semua itu, ada satu hal yang buat gue berkesan banget sama pulau ini, keramahan warga lokalnya. Orang-orang Belitung itu ramah dan akrab banget, begitu juga terhadap para pelancong yang berwisata ke Belitung (Ini yang buat bangsa kita dikenal ramah sama bule) mulai dari pedagangnya, masyarakatnya, sampai para pelayan di toko-toko, semua ramah banget. Jelas beda banget sama di kota-kota besar di Pulau Jawa yang masyarakatnya udah sedikit mulai apatis terhadap satu sama lain. Selain itu, Belitung juga ramah banget buat dompet (terutama para backpacker), harga-harganya masih terjangkau dan tiket masuk objek wisatanya ga buat dompet ‘engap alias sesak. Tapi jujur sih, jauh sebelum ini awalnya gue sempet ragu buat milih Belitung sebagai destinasi backpackeran, tapi setelah gue nginjekin kaki di Belitung, gue ralat kata-kata tadi, ahh.. pokoknya ketagihan pingin balik lagi. Seru banget sih Belitung ini buat di eksplorasi,  setiap pasir pantainya, lekukan perbukitannya, sampai terik  mataharinya gak pernah ada kata buat bilang enggak buat dijajal.

Day 1 (Perjalanan dari Bandung menuju Tanjung Pandan)
Dalam perjalanan ini gue ditemani oleh temen-temen sekampus setongkrongan yaitu Faisal, Fathan, Vikri, Dino, dan Alwi. Total semuanya ada 6 orang gak kurang gak lebih. 

*Ohh iya, FYI aja jadi kalau mau trip ke Belitung gue saranin pergi rombongan, kenapa? Karena semakin banyak orang bakalan semakin murah dan tentunya semakin asyik. 

Jauh sebelum ke Tanjung Pandan sang ibukota Kab. Belitung, karena kami berangkat dari Bandung kami harus naik bis terlebih dahulu ke Jakarta. Ada banyak banget trayek bis yang menawarkan jasanya untuk mengantar kami ke Jakarta, tinggal dipilih aja, sesuai dompet dan titik awal keberangkatan, dan kebetulan saat itu kami pakai trayek Garut-Lebak Bulus (Jakarta) dari bis Primajasa. Harga tiket bis dengan trayek tadi terbilang relatif murah cuma 40rb doang. Sesampainya di Lebak Bulus kami langsung mesan taksi online buat nganterin kita ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ga perlu lama, si driver dengan mobilnya datang dan nganterin kami sampai ke Bandara. Tarifnya pun ga begitu mahal cukup cuma 167rb sudah temasuk dengan biaya tol, harga tadi bisa disharing bareng yang lainnya, jadi kehitungnya lumayan murah. Tapi ada hal yang freak banget sih pas nyampe di Bandara, karena kami datang terlalu pagi atau tepatnya sekitar jam 2 pagi, bukan pagi lagi itumah, sedangkan jadwal pesawat kita itu jam 09.25 WIB. Ini semua karena salah perhitungan waktu kami, yang mana di berita ada isu bakal ada penutupan ruas tol di tol Jakarta-Cikampek yang bakal buat macet total, padahal pas sepanjang jalan tol gak ada kemacetan berarti. Gokil. Bingung banget mau ngapain selama rentang waktu tersebut. Gabut, pastilah. Udah kesel ditambah lama, capek juga, mati gaya lah pokoknya. Tapi kocak sih, sampai kami diusir dan ditegur oleh petugas Bandara karena kami  sempet tidur ngemper di (beberapa) pelataran Bandara. Segala gaya dan posisi tidur udah dicobain.

Ngemper di Bandara Soetta

Sampai pada akhirnya jam 09.25 WIB tiba, kami langsung boarding ke pesawat dengan tujuan Jakarta-Tanjung Pandan. Sebelumnya kami udah pesen tiket jauh-jauh hari buat ngindarin mahalnya harga tiket, karena semakin jauh hari pesan tiket, harganya cenderung lebih murah. Dan sekarang gak perlu pake ribet lagi, karena ada banyak situs /aplikasi online yang menawarkan jasa untuk pemesanan tiket pesawat, tiap situs kadang beda-beda nawarin harganya, dan disitu kita dituntut buat jeli-jeli aja. Kami sih pesen tiket di tiket.com, karena harga yang ditawarkan emang lebih murah daripada yang lain, tiket pesawat kita perkursi harganya cuma 365rb doang dengan masakapai Lion Air.

Cuaca cerah dari langit Belitung

Syukur cuaca sangat cerah, mendukung suasana perjalanan kami. Penerbangan pesawat dari Cengkareng ke bumi Belitung pun cuma (bersihnya) ditempuh sekitar 45 menit. Di Bandara HAS Hanandjoeddin ada beberapa transportasi umum yang bisa  dipilih, ada taksi Bandara dan ada bis Damri. Nah kalau kami pilih Damri, karena selain gratis, bisnya pun luas dan nyaman, pas buat kami yang bawa tas segede gaban. Gak lama, bis langsung caw mengantarkan setiap penumpang dan kami pun turun di homestay kami yang ada di pusat kota Tanjung Pandan. Home stay yang kami tempati ini gratis loh, alias cuma-cuma, karena emang home stay itu milik teman kami yang dipinjamkan oleh teman Faisal yang asli Belitung. Setelahnya kami istirahat, lumayanlah buat sekedar ngelurusin kaki, sorenya kami langsung caw ke Pantai Tanjung Pendam yang lokasinya ada di Barat kota Tanjung Pandan dengan menggunakan motor yang dipinjamkan teman kami, karena di Belitung memang masih terbilang jarang kendaraan umum semacam Ojek, Angkot, atau Bis Kota. Jadi, mesti rental kendaraan biar lebih nyaman selama berwisata. Tiket masuknya ga mahal kok, cuma 2rb doang, gaada biaya lain. Pantainya cukup ramai kalo sore, ya karena dinikmati juga oleh warga buat nongkrong, olahraga, pacaran, dan yang paling banyak adalah buat nikmatin sunset. Pokoknya rekomen banget deh buat datang ke pantai Tanjung Pendam ini. Malemnya kami nongkrong di tempat legendaris di Belitung, yakni di kafe Kopi Kongdjie, emang terkenal banget deh kafe yang satu ini dengan kopi khasnya yang bakalan buat malem bakalan terasa lebih panjang karena bakalan buat susah untuk tidur, harganya relatif murah, mulai dari harga 8rb sampai 25rb, tergantung rasa yamg dipesan. Ga kerasa kalau malam sudah mau larut, kami balik ke home stay yang jaraknya gak terlalu jauh juga. "Akhirnya, bisa tidur juga".

Damri gratis yang disediakan oleh Pemkab setempat

Day 2 (berendam di Batu Mentas)
Di hari ke-2 ini gue dan kawanan melanjutkan wisata ke Batu Mentas, jaraknya agak jauh dari Kota Tanjung Pandan yakni sekitar 30-35 kiloan ke timur dan ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit aja karena jalanan yang lengang. Jarak yang jauh dan cuaca yang panas akan terbayar setelah sampainya di lokasi tujuan. Batu Mentas ini adalah sebuah situs objek wisata alam dengan sungai dan pemandangan bebatuan, cocok banget buat berendam atau main basah-basahan. Harga tiketnya pun Cuma 10rb aja, gak pake mahal. Disana juga terdapat penangkaran tarsius, yakni mamalia terkecil di dunia, sayang karena emang hewan ini penakut, jadi agak sulit untuk menemukannya. Hampir seharian kami habisakan waktu disana, sampai tak terasa hari sudah sore. Balik ke kota, adalah pilihan satu-satunya.

Pemandangan di Batu Mentas, Badau

Malam harinya dikala perut keroncongan, enak banget kalau buat kulineran di Kota Tanjung Pandan. Di Belitung ada makanan yang sudah melegenda kenikmatannya ke seluruh nusantara, yakni apalagi kalau bukan Mie Atep Khas Belitung. Gerai mie ini udah terkenal banget, sampai-sampai Presiden RI ke-5 saja pernah mampir kesini. Lokasinya pas banget ada di pusat Kota Tanjung Pandan, letaknya yang dipinggir jalan buat ga sulit untuk menemukannya. Seporsinya sih cuma 16rb doang tapi enaknya bukan main, pokoknya rekomen banget buat kalian Mie Atep ini kalau mampir ke Belitung guys. Selain Mie Atep, ada juga Martabak khas Bangka yang terkenal, meskipun bukan di Bangka, tapi rasanya katanya ga jauh beda sama yang dibuat di Bangka mungkin karena emang deketan kali ya pulaunya. Satu dus penuh Martabak Bangka dijual dengan harga 40rb doang.

Day 3 (puncaknya ke Belitung yakni ke Pantai Tanjung Kelayang)
Akhirnya tiba di hari puncak, dimana kali ini gue dan kawanan bakalan mengunjungi satu persatu pulau eksotis yang ada di sekitaran pantai Tanjung Kelayang. Kalo bisa dibilang, spot yang kali ini gue sambangi adalah ikon utama dari wisata di Pulau Belitung. Jadi belum bisa bilang ke Belitung kalau belum datang kesini. Jarak anatan Kota Tanjung Pandan ke pantai sekitar 28 Km ditempuh dengan waktu selama 33 menitan dalam kecepatan 60 Km/Jam. Dan sejauh apapun berkendara, di Belitung gak akan menemukan yang namanya macet.

Setibanya di Tanjung Kelayang akan langsung ditawari oleh para guide untuk mengantarkan berkeliling ke pulau-pulau kecil di sekitaran pantai. Harganya berkisar mulai dari 600rb sampai 400rb, jago-jagonya kita saja dalam tawar menawar. Harga tersebut hanya untuk perahu motor saja yang berkapasitas sekitar 18-20 orang normalnya. Tapi kalau mau lebih safety menggunakan life jacket, bisa tambah harga 10rb per 1 life jacket. Para guide juga akan menawarkan untuk snorkeling dan biaya peralatanannya hanya 25rb per 1 alat snorkeling. Perjalanan mengarungi ombak dimulai dari Pantai Tanjung Kelayang mengitari Pulau Burong, yakni sebuah pulau dengan gugusan batu yang membentuk formasi seperti burung. pemandangannya sangat indah sekali, sejauh mata memandang hanya ada laut dan gugusan pulau-pulau kecil. Pulau selanjutnya adalah Pulau Pasir yang disebut gusong ini gak setiap saat pulau ini bisa dinikmati, karena pulau ini kalau air laut sedang pasang pulau ini akan terendam dan tidak terlihat. Dan kami pun beruntung karena saat kesitu Pulau Pasir sedang muncul ke permukaan, meskipun sedikit tergenangi air laut. Lalu selanjutnya adalah Pulau Lengkuas, pulau ini adalah pulau yang menjadi ikon dari Belitung, karena disini terdapat sebuah mercusuar 18 lantai peninggalan Belanda dan aktif hingga saat ini, sayang mercusuar ini hanya bisa dinikmati sampai lantai ke-3 saja. Di pulau ini kami menikmati dewegan alias kelapa dari pohonnya langsung, harganya 25rb aja, sepadanlah buat kami yang pingin nikmatin liburan ala-ala tropis. Disekitaran Pulau Lengkuas juga kami snorkeling.  Goks, indah banget gugusan terumbu karangnya ditambah ikan-ikan laut yang tinggal di dalamnya, keren banget ciptaan Tuhan ini. ketika ombak mulai kencang, kami melanjutkan kunjungan kimi ke pulau terakhir yakni Pulau Kepayang. Di Pulau Kepayang juga kami bisa nikmatin lagi pemandangan berbagai pulau yang ada di sekitaran Tanjung Kelayang. Di pulau ini juga terdapat batuan yang membentuk sebuah gua, keren banget sih pemandangannya, bisa berenang di sekitannya. Hari mulai sore, nampaknya kami mesti bergegas balik buat ke kota. Tapi sebelum balik kami mampir dulu ke pantai tempat syuting film yang terkenal itu, yaps apalagi kalau bukan “Laskar Pelangi”. Di Pantai Tanjung Tinggi gak kalah ramai seperti di Pantai Tanjung Kelayang, banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang berjemur dan berselfie ria di sepanjang bibir pantai. Ohh iya, pantai-pantai yang dikunjungi tadi gak ada tiket masuknya, alias gratis gak perlu bayar. Tapi ya fasilitas di pantai nya pun memang ga terlalu mendukung, seperti minimnya rumah ibadah, kamar bilas, toilet umum, lifeguard, dan papan informasi. Disayangkan sih kalau Pemda setempat belum bisa maksimalin potensi yang ada.

Suasana sebelum berlayar membelah ombak

Santai dengan latar belakang Pulau Burung

Mercusuar yang ada di Pulau Lengkuas

Spot snorkeling

Pulau Kepayang

Di Kota Tanjung Pandan, untuk mengisi perut yang mulai keroncongan kami cari kafe buat makan. FYI aja sih kalau kafe-kafe di Belitung pas malem minggu cukup ramai. Harga di kafe-kafe yang ada di Belitung relative sama dengan harga di kafe-kafe yang ada di Jawa. jadi jangan khawatir kemahalan buat icip-icip kuliner khas Belitung.

Day 4 (Mengarungi kelapa sawit, menghadang hutan)
Di hari ke-4 ini, di mana hari yang gak kalah seru dari hari-hari sebelumnya kami bakal mampir ke ujung timur Pulau Belitung, perjalanan kali ini butuh stamina yang fit banget, karena kami akan berkendara sejauh 82 Km untuk satu balikan, bulak balik jadi total sekitar 164 Km mesti ditempuh. Ada beberapa tempat yang kami kunjungi di Belitung Timur ini. Destinasi pertama yakni ke Gantung. Di Gantung ini ada replika sekolah yang dipakai untuk syuting film “Laskar Pelangi” harga tiketnya gak mahal cuma 5rb. Next, kami berkunjung ke Museum Kata Andrea Hirata, tempatnya gak jauh dari replika sekolah, tiket masuknya lumayan mahal yakni 50rb. Setelah dari Gantung, kami melanjutkan perjalanan ke Manggar untuk mengunjungi sebuah Kuil yang sudah terkenal, yaps, Kuil Dewi Kwan Im. Di kuil ini gaakan ditodong buat bayar tiket masuk karena ini tempat ibadah, jadi buat yang ingin berkunjung kesini jangan ribut-ribut biar gak mengganggu kekhidmatan yang sedang beribadah. Sekedar usul, kalau dari Manggar jangan pulang malam-malam, karena jalan yang bakalan dilewati adalah perkebunan sawit dan hutan, jadi sudah terbayang kan suasana di perjalanan bagaimana. Apalagi buat yang emang penakut.

Replika sekolah tempat syuting film Laskar Pelangi

Museum Kata Andrea Hirata

Patung Dewi Kwan Im

Day 5 (Kaolin dan Oleh-oleh menantimu)
Di hari ke-5 ini agaknya perjalanan kami sedikit lebih santai, karena objek yang dituju cuma disekitaran kota aja. Di Belitung juga ada sebuah danau bekas galian sebuah pertambangan timah dan kaolin yang menceruk sampai membentuk sebuah danau yang dikenal sebagai Danau Kaolin. Tapi, dari bekas tambang itu kita bisa lihat pemandangan yang indah, birunya danau benar-benar menyilaukan mata, mesti bawa kacamata (sunglasses) untuk menghindari silaunya cahaya sang surya. Letaknya tepat ada di pinggir jalan Murai, dan gak ada biaya tiket masuk untuk melihat pemandangan Danau Kaloin. Sepulangnya, kami membeli oleh-oleh sebagai buah hati buah tangan untuk keluarga tercinta di sentra oleh-oleh yang ada di dekat Pantai Tanjung Pendam, harganya relativf terjangkau, mulai dari 5rb sampai jutaan, enggak cuma makanan yang dijual, ada baju, hiasan, kain, dsb, komplit deh.

Pemandangan Danau Kaolin

Malam hari, kita mau nikmatin malam terakhir di Belitung dalam perjalanan backpackeran kami kaliini dengan cara nongkrong di kafe yang tepat ada di pinggir pantai. Pemandangannya keren banget. Angin sepoy, lambaian pohon kelapa, dan alunan musik makin meninabobokan gue selama di kafe, dan seakan-akan di dalem hati bilang “plis gue gak mau balik ke Bandung sekarang juga”

Suasana di kafe Akaula Belitung

Day 6 (Time’s over, saatnya pulang)
Gak kerasa kalau udah hari terakhir aja. Rasanya baru kemarin menginjakkan kaki di Pulau Belitung. Memang terlalu berkesan Pulau ini buat gue, sekalipun panas, tapi terkadang menghangatkan, sekalipun sepi terkadang membuat hati ramai. Apa boleh dikata kalau kata selamat datang harus berakhir juga dengan kata selamat pergi. Banyak kenangan di Pulau Belitung ini, sebuah pulau surga yang hilang.

Laskar Pelangi

Ya begitu deh, perjalanan gue backpackeran selama di Belitung. Liburan mewah tapi gak buat dompet bobol. Rekomendasi banget buat yang pengen nikmatin liburan ala-ala tropis tapi dompet terbatas. dan sekadar saran juga bagi yang mau berlibur ke Belitung mending gak usah pake agen Tour and Travel gitu, mending mandiri  aja, karena selain bebas disini juga terbilang serba gratis jadi kalo bisa dibilang kalo mandiri kalian bisa sedikit lebih hemat ketimbang pake agen Tour and Travel. Selamat berlibur dan sampai jumpa di lain kesempatan.

Komentar

  1. Kallau jalan ramai-ramai begini ke belitung emang seru yaa.. sharecostnya bisa jadi lebih murah deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Endah! Yaps bener banget, selain lebih seru, travel rombongan itu memang ngebantu dompet juga

      Hapus
  2. Enak kalo temen sekampusnya pada mau diajak backpackeran dan gak suka wacana, haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi LunarV2! Yups, tapi kadang gak semuanya gampang diajak backpackeran. Kadang mesti selektif juga buat ngajak backpackeran ke temen-temen.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh lingkungan internasional terhadap kebijakan di Indonesia

Sistem politik merupakan suatu tata cara untuk mengatur atau mengelola bagaimana memperoleh suatu kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dan rakyat atau sebaliknya, pengaturan negara dengan negara, atau negara dengan rakyatnya. Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut dan juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara. Salah satu elemen yang membentuk sistem politik adalah lingkungan. Sistem politik di suatu negara sangat dipengaruhi oleh keadaan dalam lingkungannya. Lingkungan mempunyai peranan penting, yakni berupa input, baik itu dalam bentuk tuntutan ataupun dukungan. Melalui teori sistem politik David Easton, menjelaskan lingkungan tersebut terdiri atas intrasocietal dan extrasocietal. Hampir setiap sistem politik akan berinteraksi dengan sistem politik yang lain dalam lingkungan internasional. Namun, lingkungan internasional atau secara teori disebut extrasocieta

Pemberdayaan Gerakan Kepemudaan dalam Mewujudkan Industri Pariwisata yang Menjunjung Kearifan Lokal, Berbudaya, dan Kompetitif

Sebagai negara yang diberikan berbagai macam anugerah, masyarakat Indonesia patut berbangga dan bersyukur. Bagaimana tidak, dengan luas wilayah 1,904,569 km 2 , menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Ditambah dengan lokasi Indonesia di antara dua benua dan dua samudera membuat Indonesia menjadi persimpangan kebudayaan dari Asia dan Australia sehingga Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan tradisi. Anugerah tersebut sudah selayaknya menjadi potensi yang tidak ternilai. Dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia, tiap-tiap daerah memiliki ragam corak kebudayaan masing-masing yang tidak ada di daerah lain.  Tentunya hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap insan di dunia, mengingat Indonesia tiada duanya. Namun, mengingat segala keterbatasan yang ada, Indonesia belum mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki, terutama dalam bidang pariwisata. Berbagai permasalahan klasik diduga menjadi penyebabnya. Mulai dari infrastruktur di daerah yang be

Kereta Di Tatar Priangan, Riwayatmu Kini

Warga Jawa Barat patut bergembira, khususnya bagi yang berdomisili di daerah Priangan, karena tidak lama lagi daerah tersebut akan kembali dilalui oleh kereta api. Hal ini diungkapkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang baru saja dilantik kurang dari dua minggu. Melalui akun Instagram dan twitter pribadinya, Kang Emil, sapaan akrabnya, mengabarkan bahwa akan ada 4 jalur kereta api yang kembali di reaktivasi. Jalur-jalur tersebut diantaranya adalah Jalur Jakarta-Bandung-Pangandaran, Bandung Ciwidey, Bekasi-Bandung-Garut, dan Bandung-Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari. Tujuan diaktifkan kembali jalur-jalur kereta tersebut adalah untuk mendorong mobilisasi barang dan manusia di Jawa Barat sehingga bisa mendongkrak arus pergerakan ekonomi lebih cepat sampai ke daera-daerah. Di sisi lain, jumlah penduduk Jawa Barat yang hampir mencapai angka 50 juta, atau dua kali lebih banyak dari jumlah penduduk negara Malaysia, memang sudah membutuhkan moda transportasi masal yang