Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Menulis atau terlupakan

Kenapa harus menulis? Pertanyaan yang terbenak dalam pikiranku belakangan ini. hal itu terjadi bukan tanpa alasan. Lingkunganlah yang pasti menjadi alasan kuat dalam memikirkan sesuatu. Ya, melihat fenomena belakangan ini, orang-orang mulai giat menulis. Apapun mereka tulis, sampai hal sederhana sekalipun ditulis. Cinta, pengalaman, ilmu, pengetahuan, sosial, film, perasaan, tips, novel, sastra sampai masalah kerohanian lengkap rasanya. Senang rasanya ketika menulis menjadi sebuah fenomena dan itu populer. Hal itu membuat aku semakin mudah dalam memahami pikiran orang lain. Kegiatan menulis kini bukan hanya digandrungi oleh para orang dewasa saja, para pemuda pun telah terjangkit virus itu. Medianya pun kini telah bervariasi seolah-olah mendukung iklim yang sedang berkembang ini. Dahulu mungkin kita hanya mengenal koran sebagai ruang untuk mem-publish tulisan, tapi di era milenial ini sudah ragam variasinya untuk mensosialisakan tulisan yang kita miliki. Ada blog, tumblr, wordp

Adakah aku dalam pembangunan itu?

17 tahun daerah kami dipimpin oleh sang Dinasti bertransformasi dari sebuah daerah yang asli Kini dipenuhi dengan banyak kontrak dan investasi Tak ayal, pembangunan pun menjadi sorotan bagi sang politisi Kadang tak heran pemilik modal mendominasi Sudahkah pembangunan itu menjadi inklusif? Bersama-sama menjadi milik rakyat yang seharusnya menikmati Atau hanya dimiliki segelintir kalangan yang mengakuisisi? Wallahualam, yang tahu hanya sang Illahi Halah, jangankan berbicara mikro-makro ekonomi Besok masih hidup saja, sudah cukup membuat kami berseri Soreang, 28 Januari 2018

Perjalanan Eksotis Ke Suku Pedalaman Banten

Mendengar kata liburan pastinya banyak orang suka dengan kegiatan yang satu ini, setiap orang juga kayaknya punya makna sendiri-sendiri tentang liburan. Kalo menurut gue sih liburan adalah waktu yang pas buat ngelakuin banyak hal, apapun itu, terkadang sampai hal gila sekalipun. Gue pribadi mengisi waktu senggang liburan dengan banyak hal, kadang cuma diem dirumah sambil baca-baca hal penting sampe ga penting, tidur sampe lupa waktu, nongkrong haha-hihi sambil ngeghibahin orang (huft), bantu orangtua buat jualan di pasar minggu, bantu-bantu di acara kegiatan sosial, scroll timeline di media sosial sampe diulang lagi keatas, stalking doi, ke taman kota sambil cuci mata, backpacker-an sama temen-temen, jogging sambil godain cewe (sampe di gong-gongin anjingnya, untung si tetehnya ga gigit.. aw), dan masih banyak hal lainnya (kecuali ngegalauin mantan ya, sorry). Kayaknya hampir setiap liburan, siklus kegiatan gue selama masa itu tuh ya gitu-gitu aja. Gaada yang beda dari tahun

Pikir-pikir tentang berpikir

Menarik ketika aku memahami pikiran ku. Terkadang aku bisa paham banyak orang, tapi aku tidak bisa memahami sesungguhnya pikiran ku. Mungkin karena aku paham secara sepihak tentang orang lain, tetapi aku harus memahami utuh tentang jalan pikiran yang ku miliki. Apa sih yang kurasakan? Serasa ada dua insan yang berbisik dalam pikiran ku, dan keduanya terbiasa untuk saling menyanggah satu sama lain. Ada pro ada pula kontra. Begitulah satu sama lain saling berpagutan. Lalu apa ruginya? Agak sulit untuk menentukan suatu hal. Mungkin karena itu aku jadi pemikir keras. Hal sederhana sekalipun menjadi kompleks ketika muncul dibenakku. Apakah ini wajar terjadi? Atau hanya aku saja yang merasakan? Pikirku dalam hati. Mana ku tahu, aku kan hanya punya satu pikiran saja.

Tentang Besok

Besok, adalah hari setelah sekarang, adalah dua hari setelah kemarin. Besok, adalah masa depan. Berbicara waktu, tidak ada satupun dari kita yang paham akan kejadian setelah sekarang. Entah sedetik yang akan datang, semenit, sejam, atau bahkan sehari kemudian. Itulah yang membuat kita selalu bertanya, “apakah yang akan terjadi ketika besok?”. Aktualnya, hanya Illahi yang sangat paham. Bagi banyak orang terkadang mereka optimis bahwa besok mereka akan tetap ada dan itu menjadi relevan ketika resiko kematian dirasa sangat minim, tetapi bagi sebagian kecil lainnya, mereka harus berputus asa tentang kehadiran mereka setelah hari ini, karena dihadapkan kondisi yang tidak mendukung untuk berproses di kemudian hari. Terlepas dari itu semua, apakah kita tetap ada ketika besok? terkadang pertanyaan itu membuat kita selalu penasaran. Tetapi apapun itu, hal itu bukanlah sebuah pertanyaan yang mesti kita jawab, karena sejatinya urusan ‘kepastian’ masa depan bukanlah tanggung jawab kita. Lalu

Kemunculan isu radikalisme dan terorisme di Nusantara

Memasuki awal abad ke-21, dunia internasional kembali dipusingkan oleh kian merebaknya fenomena terorisme, domestik maupun transnasional, yang dalam modus, strategi, maupun pilihan targetnya mengalami metamorphosis yang sangat spektakuler. Aksi terorisme yang semakin mengemuka, mendorong berbagai elemen masyarakat dunia mencari jalan penyelesaiannya. Berbagai studi dan penelitian dilakukan untuk menelusuri faktor yang melatarbelakangi aksi terorisme yang muncul di hampir seluruh dunia. Beberapa intelektual dan peneliti menyimpulkan bahwa faktor pemicu terorisme adalah radikalisme dalam hal ideologi atau agama. Dalam hal ini gerakan kelompok Islam radikal seringkali dituduh sebagai pemicu dan pelaku berbagai aksi teror tersebut. Di sisi lain, radikalisme adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapa