Langsung ke konten utama

Pengaruh lingkungan internasional terhadap kebijakan di Indonesia

Sistem politik merupakan suatu tata cara untuk mengatur atau mengelola bagaimana memperoleh suatu kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dan rakyat atau sebaliknya, pengaturan negara dengan negara, atau negara dengan rakyatnya. Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut dan juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara. Salah satu elemen yang membentuk sistem politik adalah lingkungan. Sistem politik di suatu negara sangat dipengaruhi oleh keadaan dalam lingkungannya. Lingkungan mempunyai peranan penting, yakni berupa input, baik itu dalam bentuk tuntutan ataupun dukungan.

Melalui teori sistem politik David Easton, menjelaskan lingkungan tersebut terdiri atas intrasocietal dan extrasocietal. Hampir setiap sistem politik akan berinteraksi dengan sistem politik yang lain dalam lingkungan internasional. Namun, lingkungan internasional atau secara teori disebut extrasocietal ,tidak hanya terbatas pada sistem politik lainnya. Lebih dari itu, lingkungan internasional mencakup pula komunitas-komunitas di tingkat Internasional, LSM-LSM internasional yang mempunyai kekuatan penekan yang cukup besar, lembaga-lembaga governance global, dan lain sebagainya.

Lingkungan extrasocietal terdiri atas sistem politik internasional, sistem ekologi internasional, dan sistem sosial internasional. Sistem politik internasional adalah kondisi terbaginya pusat-pusat kekuasaan politik dunia. Sistem ekologi internasional adalah kondisi geografis persebaran negara yang menciptakan suatu isu. Sistem sosial international adalah kondisi struktur sosial di tingkat internasional yang berakibat pada terpengaruhnya kinerja sistem politik suatu negara.

Pengaruh lingkungan internasional diyakini memiliki dampak yang juga signifikan bagi keberlangsungan suatu sistem politik. Dampak ini jadi semakin mengemuka di suatu era yang umum disebut globalisasi. Dalam globalisasi, suatu kejadian di level internasional secara mudah langsung memberi dampak di tingkat sistem politik suatu negara. Kaum transformasionalis mempunyai keyakinan bahwa pada permulaan milenial baru, globalisasi adalah kekuatan utama di balik perubahan-perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang tengah menentukan kembali masyarakat modern dan tatanan dunia. Menurutnya tidak ada lagi pembedaan antara internasional dan domestik, hubungan-hubungan internal dan eksternal tidak lagi menjadi jelas.

Globalisasi yang berlangsung dewasa ini telah menempatkan kembali kekuasaan, fungsi, dan pemerintahan nasional. Dalam hal ini, negara tidak lagi dapat bersembunyi di balik klaim kedaulatan nasional. Sebaliknya, kekuasaan negara bangsa sekarang ini dalam mengambil keputusan hendaknya harus disejajarkan dengan lembaga-lembaga governance global dan dari hukum internasional. Negara bangsa yang mengelola dirinya sendiri dan sebagai unit yang otonom lebih merupakan klaim normatif dibandingkan sebagai suatu pernyataan deskriptif. Negara bangsa tetap mempunyai peran yang menentukan dalam politik internasional dan global, tetapi kemampuannya telah jauh berkurang. Globalisasi sebagai suatu proses yang mengejawantah ke dalam suatu transformasi ruang organisasi hubungan-hubungan dan transaksi sosial yang dinilai berdasarkan tingkat extensity, intensity, celosity atau interregional dan jaringan aktivitas, interaksi, dan penggunaan kekuasaan.

Sebagai bagian dari sistem politik global, sistem politik Indonesia tidak terlepas dari pengaruh lingkungan internasional. Sebagai dampaknya, Indonesia harus menerima isu globalisasi. Di sisi lain, globalisasi telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap sistem politik di Indonesia. Pengaruh ini berasal dari tekanan-tekanan ekonomi yang mengarah pada liberalisasi, munculnya solidaritas dan kesadaran global mengenai isu-isu, seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, demokrasi dan lain sebagainya. Globalisasi telah menciptakan berbagai isu dan kepentingan yang sifatnya global, intrastate atau bahkan suprastate. Banyak isu-isu yang tidak lagi bisa diatasi sendiri oleh negara Indonesia secara unilateral sehingga kerjasama internasional yang sifatnya multilateralisme menjadi pilihan bagi Indonesia. Maka, isu-isu dan kepentingan tersebut akan memberikan tekan-tekanan terhadap sistem politik Indonesia agar merespon tuntutan-tuntutan tersebut. Mau tidak mau Indonesia harus saling bergantung dengan negara lain. Pemerintah kini harus mengakui dan bekerja di suatu lingkungan di mana sebagian besar penyelesaian masalah harus dirumuskan dengan memperhatikan dunia global. Sebagai buntutnya Indonesia sudah mengalami bahwa suatu kebijakan tidak lagi dapat diambil atas dasar pertimbangan dalam negeri saja, beberapa kebijakan yang dibuat dan dikeluarkan oleh pemerintah harus terkontaminasi oleh keadaan lingkungan internasional akibat dampak globalisasi tersebut.

Sebagai salah satu contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang mana terpengaruh oleh keadaan lingkungan internasional, yakni akibat Indonesia tergabung dalam International Monetary Fund (IMF). Sebagai anggota IMF, Indonesia berhak memperoleh pinjaman saat menghadapi kesulitan neraca pembayaran, memperoleh bantuan teknis baik usulan ataupun pelatihan terkait valuta asing maupun moneter (terutama bagi pejabat bank pemerintah dan bank sentralnya), hak menyampaikan pendapat dalam bentuk voting power, dan konsultasi secara periodik. Namun, hak-hak tersebut harus dibayar dengan pengaruh IMF terhadap kebijakan perekonomian nasional. Pengaruh IMF atas sistem politik Indonesia tampak pada letter of intent tanggal 15 Januari 1998 dimana pokok-pokok program IMF meliputi kebijakan makro ekonomi (fiskal, moneter dan nilai tukar), restrukturisasi sektor keuangan (restrukturisasi bank serta memperkuat aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan) dan reformasi struktural (perdagangan luar negeri dan investasi, deregulasi dan swastanisasi, social safety net, dan lingkungan hidup). Reformasi struktural merupakan bagian dari persyaratan bantuan IMF pada Indonesia dan tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja melainkan meluas ke bidang-bidang lain. Swastanisasi salah satunya dilakukan atas BUMN, perusahaan milik negara. Selain itu pemerintah Indonesia harus membuka peluang lebih besar bagi investasi, sebagai salah satu ciri neoliberalisme dalam ekonomi internasional dan hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Hal tersebut telah menunjukkan bagaimana kebijakan dalam negeri harus dipengaruhi oleh keadaan lingkungan internasional akibat dari dinamika globalisasi yang terjadi. Masih banyak lagi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan internasional.


Referensi:
H. I, Rahman, 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mas’oed, Mocthar dan MacAndrews, Colin, 1984. Perbandingan    Sistem Politik. Yogyakarta : Gajahmada University Press.
Arifin, sjamsul, 2007. IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional : Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Winarno, Budi, 2007. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta : MedPress.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Gerakan Kepemudaan dalam Mewujudkan Industri Pariwisata yang Menjunjung Kearifan Lokal, Berbudaya, dan Kompetitif

Sebagai negara yang diberikan berbagai macam anugerah, masyarakat Indonesia patut berbangga dan bersyukur. Bagaimana tidak, dengan luas wilayah 1,904,569 km 2 , menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Ditambah dengan lokasi Indonesia di antara dua benua dan dua samudera membuat Indonesia menjadi persimpangan kebudayaan dari Asia dan Australia sehingga Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan tradisi. Anugerah tersebut sudah selayaknya menjadi potensi yang tidak ternilai. Dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia, tiap-tiap daerah memiliki ragam corak kebudayaan masing-masing yang tidak ada di daerah lain.  Tentunya hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap insan di dunia, mengingat Indonesia tiada duanya. Namun, mengingat segala keterbatasan yang ada, Indonesia belum mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki, terutama dalam bidang pariwisata. Berbagai permasalahan klasik diduga menjadi penyebabnya. Mulai dari infrastruktur di daerah yang be

Kereta Di Tatar Priangan, Riwayatmu Kini

Warga Jawa Barat patut bergembira, khususnya bagi yang berdomisili di daerah Priangan, karena tidak lama lagi daerah tersebut akan kembali dilalui oleh kereta api. Hal ini diungkapkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang baru saja dilantik kurang dari dua minggu. Melalui akun Instagram dan twitter pribadinya, Kang Emil, sapaan akrabnya, mengabarkan bahwa akan ada 4 jalur kereta api yang kembali di reaktivasi. Jalur-jalur tersebut diantaranya adalah Jalur Jakarta-Bandung-Pangandaran, Bandung Ciwidey, Bekasi-Bandung-Garut, dan Bandung-Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari. Tujuan diaktifkan kembali jalur-jalur kereta tersebut adalah untuk mendorong mobilisasi barang dan manusia di Jawa Barat sehingga bisa mendongkrak arus pergerakan ekonomi lebih cepat sampai ke daera-daerah. Di sisi lain, jumlah penduduk Jawa Barat yang hampir mencapai angka 50 juta, atau dua kali lebih banyak dari jumlah penduduk negara Malaysia, memang sudah membutuhkan moda transportasi masal yang