Langsung ke konten utama

Mengagumi Kemegahan Keraton Kasepuhan Di Cirebon


Melancong ke Cirebon tak lengkap rasanya apabila tak berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Yaps, kota budaya yang terkenal dengan julukan kota udang ini memiliki banyak keraton. Setidaknya ada empat keraton yang terletak di kota Pantura ini. Hal ini menunjukkan bahwa Cirebon merupakan kota dengan sejarah yang begitu panjang. 

Keraton Kasepuhan adalah salah satu diantaranya. Letaknya tepat berada di pusat Kota Cirebon, membuatnya sangat mudah untuk ditemukan. Keraton Kasepuhan merupakan keraton yang termegah dan paling terperhatikan kondisinya diantara tiga keraton lainnya. Setiap sudut arsitektur bangunannya sarat akan nilai-nilai filosofis dan mengandung unsur kebudayaan yang begitu dalam, sehingga menimbulkan makna sejarah di masa kini. Dengan dikelilingi pekarangan yang luas dan taman-taman nan indah menghiasi bangunan utama keraton membuat keraton begitu estetika. Dahulu kala, di masa kerajaan-kerajaan berjaya di Nusantara, Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan tempat sultan bertahta sehingga menjadikannya sebagai pusat pemerintahan dari Kesultanan Cirebon. Keraton yang dibangun oleh Sunan Kalijaga ini masih digunakan hingga saat ini oleh keluarga para sultan yang pernah bertahta sebagai tempat singgasananya secara turun temurun. Namun, selain sebagai tempat singgasana sultan, kini keraton juga dibuka bagi masyarakat luas untuk mengenalkan lebih dalam khazanah dan kemahsyuran Kesultanan Cirebon pada masanya.

Untuk mengunjunginya tak perlu bingung, karena ada banyak transportasi umum yang melintasi keraton yang terletak di Jl. Kasepuhan ini, becak salah satunya. Tiket masuknya pun cukup terjangkau, hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp. 10.000 harga untuk pelajar dan Rp. 15.000 harga untuk pengunjung umum ketika weekday, dan harga di hari libur hanya perlu menambahnya masing-masing sebesar Rp. 5000 per kategori. Bagi yang ingin mengenal lebih dalam lagi terkait sejarah keraton bisa dipandu oleh Pemandu Wisata Keraton, namun ada biaya lagi yang perlu dikeluarkan, untuk tarifnya disesuikan dengan kepuasaan para pemandu tersebut selama tour keraton, tapi biasanya para pengunjung memberikan upah berkisar Rp. 20.000 hingga Rp. 50.000 per tour, dan penggunaan jasa Pemandu ini tidak wajib alias sesuai kebutuhan dan kenyamanan pengunjung saja. Jam operasionalnya bagi pengunjung berkisar dari pukul 08.00-18.00 WIB, jadi jangan sampai kesorean untuk singgah kesini, dan bagi yang sudah berkeluarga, jangan lupa membawa anak-anaknya kemari untuk mengenalkan kekayaan budaya bangsa. Karena cukup disayangkan, di hari libur sekalipun Keraton Kasepuhan masih minim pengunjung.

Komplek Utama Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan induk keraton dengan ornamen khas di dindingnya

Sebelum memasuki komplek utama Keraton Kasepuhan, gapura tinggi yang di permukaannya dihiasi oleh piring-piring porselen yang konon katanya dari Eropa dan Tiongkok dan tersusun oleh bata-bata berwarna kecoklatan akan menyambut para pengunjung, begitupun dengan dinding-dinding pagar yang membentang mengitari keraton seluas 25 Hektare. Sepanjang jalan keraton di sebalah kiri terdapat bangunan  tinggi dan dikelilingi tembok bata kokoh, bangunan tersebut bernama Siti Inggil. Ada lima bangunan di dalam komplek keraton ini, terdapat pula museum keraton tempat menyimpan barang-barang bersejarah pada masa kejayaan Kesultanan Cirebon. Di ujung komplek terdapat bangunan keraton utama, warananya putih bersih dan berhiaskan ornamen-ornamen khas, bentuknya pun simetris alias sama antara kanan dan kirinya. Didalamnya terdapat banyak ruangan-ruangan yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bangunan induk keraton ini digunakan oleh sultan untuk memerintah kesultanannya. Tepat didepannya terdapat sebuah taman berbentuk bundar yang dihiasi oleh dua patung singa dan meriam yang sudah nampak usang termakan jaman. Namun, bagi pengunjung tidak bisa memasuki lebih dalam lagi kawasan bangunan induk keraton ini, padahal didalamnya ada banyak sekali benda-benda peninggalan yang memiliki nilai sejarah. Hanya perlu waktu selama 30 sampai 40 menit saja untuk berkeliling menghabiskan waktu sembari mengenal sejarah nusantara di Keraton Kasepuhan ini.

Beranda keraton sebagai gerbang masuk ke ruangan utama
Museum keraton sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah

Gapura yang akan menyambut sebelum memasuki keraton
Sebuah pintu di keraton yang memiliki ukiran khas Cirebon

Sebuah pelataran keraton samping barat


Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Gerbang utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Selain terdiri dari bangunan-banguna Keraton kasepuhan Cirebon, di komplek keraton juga terdapat sebuah masjid yang tepat berdiri di sebelah kanan keraton. Dari Wikipedia, masjid ini merupakan masjid tertua di wilayah Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480M atau semasa para Wali Sanga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.


Tampak pelataran masjid
Apabila diperhatikan, arsitektur masjid ini hampir mirip dengan arsitektur masjid-masjid di tanah Jawa lainnya pada masa tersebut seperti masjid di Demak ataupun Banten. Mulai dari tiang-tiang penyangganya yang terbuat dari kayu, atapnya, sampai tembok-tembok pagar dari bata merah yang megitari bangunan masjidnya. Di dalamnya terdapat pula mimbar shalat Jumat berupa singgasana kayu yang begitu antik. Pintunya yang pendek membuat setiap orang dewasa harus membungkuk untuk masuk kedalamnya, dan bermakna filosofis penghormatan (membungkuk) untuk masuk ke masjid. Lantainya yang terbuat dari tanah liat membuat hangat isi masjid, sedangkan disebelah kiri terdapat sumur dan pemancuran air untuk berwudhu. Berdasarkan mitos yang beredar dan dipercayai oleh warga sekitar, pembangunan masjid ini hanya dibangun dalam waktu semalam saja, menakjubkan bukan. Bagi yang beragama Islam, sempatkan untuk beribadah di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memiliki nilai-nilai sejarah ini.

Alun-alun
Seperti kebanyakan pusat pemerintahan di Nusantara lainnya, Keraton Kasepuhan Cirebon terdapat sebuah alun-alun yang terletak tepat ditengah-tengah antara komplek keraton dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Dulunya, Alun-alun ini berfungsi sebagai tempat untuk latihan bagi prajurit-prajurit Kesultanan Cirebon, selain itu di Alun-alun juga merupakan sebuah tempat pelaksanaan hukuman bagi rakyat yang dianggap bersalah oleh Kesultanan Cirebon. Terdapat banyak pohon disekeliling Alun-alun menjadikan Alun-alun menjadi teduh.

Namun kini, kondisi dari Alun-alun keraton tidak dirawat dengan baik oleh pihak keraton. Sehingga kondisinya begitu memprihatinkan. Nampak coretan hasil vandalisme bisa dilihat di tembok gapura Alun-alun. Bahkan kini Alun-alun tersebut ramai digunakan oleh warga sekitar untuk berdagang. Tidak buruk, namun bangunan-bangunan kios liar yang apa adanya hanya memberikan kesan kumuh bagi pemandangan Alun-alun. Selain itu, terdapat juga para pengemis disekitaran Alun-alun dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.


Gapura Alun-alun yang di coret-coret memperparah kekumuhan di Alun-alun

Menarik bukan berkunjung dan mejelajahi Keraton Kasepuhan, selain berwisata kita juga dapat mengenal sejarah dan kebudayaan bangsa kita. Berwisata ke Keraton Kasepuhan juga merupakan upaya yang bisa kita lakukan dalam memelihara kekayaan budaya bangsa kita, terutama bagi yang memiliki anak-anak kecil. Sebelum berkunjung, pastikan membawa topi dan kacamat gelap, karena cuaca di Cirebon yang bisa dikatakan sangat panas. Selamat berlibur!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh lingkungan internasional terhadap kebijakan di Indonesia

Sistem politik merupakan suatu tata cara untuk mengatur atau mengelola bagaimana memperoleh suatu kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dan rakyat atau sebaliknya, pengaturan negara dengan negara, atau negara dengan rakyatnya. Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut dan juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu negara. Salah satu elemen yang membentuk sistem politik adalah lingkungan. Sistem politik di suatu negara sangat dipengaruhi oleh keadaan dalam lingkungannya. Lingkungan mempunyai peranan penting, yakni berupa input, baik itu dalam bentuk tuntutan ataupun dukungan. Melalui teori sistem politik David Easton, menjelaskan lingkungan tersebut terdiri atas intrasocietal dan extrasocietal. Hampir setiap sistem politik akan berinteraksi dengan sistem politik yang lain dalam lingkungan internasional. Namun, lingkungan internasional atau secara teori disebut extrasocieta

Pemberdayaan Gerakan Kepemudaan dalam Mewujudkan Industri Pariwisata yang Menjunjung Kearifan Lokal, Berbudaya, dan Kompetitif

Sebagai negara yang diberikan berbagai macam anugerah, masyarakat Indonesia patut berbangga dan bersyukur. Bagaimana tidak, dengan luas wilayah 1,904,569 km 2 , menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Ditambah dengan lokasi Indonesia di antara dua benua dan dua samudera membuat Indonesia menjadi persimpangan kebudayaan dari Asia dan Australia sehingga Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan tradisi. Anugerah tersebut sudah selayaknya menjadi potensi yang tidak ternilai. Dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia, tiap-tiap daerah memiliki ragam corak kebudayaan masing-masing yang tidak ada di daerah lain.  Tentunya hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap insan di dunia, mengingat Indonesia tiada duanya. Namun, mengingat segala keterbatasan yang ada, Indonesia belum mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki, terutama dalam bidang pariwisata. Berbagai permasalahan klasik diduga menjadi penyebabnya. Mulai dari infrastruktur di daerah yang be